MENGHINDARI
AKHLAK TERCELA LICIK, TAMAK, ZALIM DAN DISKRIMINASI
Mencelakakan orang lain
adalah ciri perbuatan licik Ada dua sifat yang dimiliki manusia sejak menginjak
dewasa. Dua sifat itu adalah sifat terpuji dan tercela. jika ingin menjadi
orang baik, sudah sepantasnya kita memiliki sifat terpuji. Memiliki sifat
terpuji akan disayang Allah Swt. dan menjadi ahli surga. Sebaliknya, sifat tercela harus dijauhi karena dapat
menjerumuskan kita pada perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri dan orang
lain.
Dalam kehidupan sehari-hari
manusia akan selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Hal itu disebabkan
kedudukan manusia sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan. Dalam
pergaulan, terdapat etika yang harus dipenuhi supaya pergaulan dapat berjalan
dengan baik tanpa adanya permasalahan. Agama Islam mengajarkan kepada manusia
untuk bertata krama dan menjauhi sikap-sikap yang tercela. Apabila manusia
dapat menjalankan tuntutan itu, niscaya kehidupan masyarakat akan berjalan dengan
baik.
Selanjutnya Anda pelajari
uraian berikut ini dan Anda kembangkan dengan mencari materi tambahan dari
sumber belajar lainnya
1.
Licik
a.
Pengertian Licik
Licik
merupakan salah satu sifat negatif yang sangat membahayakan bagi diri sendiri
maupun orang lain. Licik berarti banyak
akal yang buruk, pandai menipu, culas, curang, dan licin.
b.
Ciri-Ciri Orang Licik
Sikap
licik sangat berbahaya, sehingga jangan sampai sifat tersebut ada pada diri
kita dan kita juga harus waspada terhadap orang yang bersifat licik. Berikut
ini ciri-ciri sifat licik:
-
Tidak suka melihat orang lain bahagia.
-
Bahagia melihat orang lain menderita.
-
Berpikir Untuk Mencelakakan Orang Lain.
-
Ingin Serba Jalan Pintas.
-
Pandai menipu, untuk memuluskan siasatnya yang licin, orang yang licik akan
suka menipu dan berbohong serta bersilat lidah.
c.
Bahaya Sifat Buruk Bagi Orang Lain
1.
Seringkali kita jumpai orang yang sikut sana-sikut sini untuk mencapai
tujuannya. Demi memuaskan hawa nafsunya ia tidak segan-segan berbuat licik.
Padahal keinginan bisa terwujud tanpa harus berbuat licik. Bagaimana pun licik
adalah sikap yang tidak disukai oleh manusia manapun.
2.
Licik membuat seseorang menjadi serakah. Orang yang licik nafsunya tidak pernah
ada ujungnya. Ia berbuat seperti orang haus yang meminum air laut, Makin
diminum makin haus.
3.
Orang yang licik inginnya menjadi nomor satu, tidak peduli dengan kemampuannya
yang tidak seberapa. Ia akan berusaha menyingkirkan orang yang bisa menghalangi
ambisinya.
d.
Bahaya orang licik Bagi Diri Sendiri
-
Batinnya selalu resah dan gelisah. Hatinya tidak akan tenang.
-
Hidupnya tidak berkah. Jika ia menafkahi keluarga dengan jalan licik lalu anak
diberi makan yang tidak halal, maka akan menjadi daging
-
Hidupnya penuh dengan tnah. Orang yang licik hidupnya penuh dengan cobaan.
-
Dimanapun ia berada selalu mengalami cobaan. Fitnah akan datang dikala orang
melihat apa yang ia dapat tidak dengan cara yang wajar.
-
Ia penuh dengan dosa, Karena berbuat licik tidak akan diridhoi Allah Swt. dan
dikutuk orang-orang.
-
Akhir hidupnya Su’ul Khotimah
2. Tamak dan Serakah
a.
Pengertian
Dalam
bahasa Arab, serakah disebut tamak yang artinya sikap tak pernah merasa puas
dengan yang sudah dicapai. Menurut istilah tamak adalah cinta kepada dunia
(harta) terlalu berlebihan tanpa memperhatikan hukum haram yang mengakibatkan
adanya dosa besar. Karena ketidakpuasannya itu, segala cara pun ditempuh.
Serakah adalah salah satu dari penyakit hati. Mereka selalu menginginkan lebih
banyak, tidak peduli apakah cara yang ditempuh itu dibenarkan oleh syariah atau
tidak, tidak berpikir apakah harus mengorbankan kehormatan orang lain atau
tidak. Yang penting, apa yang menjadi kebutuhan nafsu syahwatnya terpenuhi.
Sikap serakah dilarang oleh Allah Swt.
b.
Ciri-Ciri Tamak
1.
Tidak mensyukuri nikmat yang telah dimiliki
2.
Selalu merasa kurang padahal ia telah banyak mendapat nikmat
3.
Ingin memiliki sesuatu yang dimiliki orang lain
4.
Panjang angan-angan yaitu suka menghayal dan tidak realistis
5.
Kikir, ia tidak mau hartanya berkurang sedikitpun
6.
Kurang menghargai pemberian orang lain jika tidak sesuai keinginan
7.
Terlalu mencintai harta yang dimiliki.
8.
Terlalu semangat mencari harta tanpa memperhatikan waktu dan kondisi tubuh.
9.
Semua perbuatannya selalu bertendensi pada materi
c.
Bahaya Tamak
1.
Orang yang tamak selalu merasa kurang dan tidak pandai bersyukur
2.
Sifat tamak dapat menimbulkan rasa dengki, hasul dan permusuhan
3.
Sifat tamak akan membutakan orang sehingga menghalalkan segala cara dalam
meraih tujuannya.
4.
Sifat tamak akan menjauhkan seseorang daria Allah Swt.
5.
Sifat tamak membuat orang menjadi bakhil, karena takut hartanya berkurang
d.
Cara Menghindari Tamak
1.
Mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan
2.
Membiasakan diri dengan sifat ikhlas dan rendah diri
3.
Membiasakan diri dengan sifat pemurah dan jujur
4.
Membiasakan hidup sederhana, hemat, qana’ah dan zuhud
5.
Meminta pertolongan kepada Allah agar dijauhkan dari sifat serakah
6.
Menghindari sifat iri jika melihat orang lain banyak harta
7.
Sadar bahwa meteri hanya hiasan hidup dan perantara menuju akhirat
3. Zalim
a.
Pengertian Aniaya / Zalim
Menurut
bahasa kata aniaya sama dengan kata zalim yang artinya sewenang-wenang atau
tidak adil. Seorang yang beriman kepada Allah dan memegang teguh prinsip
keadilan, kesamaan derajat, tidak akan berbuat aniaya. Sebab ia sadar, bahwa
kezaliman itu merupakan kegelapan yang akan menutup rapat hati orang yang
melakukannya, sebagaimana diterangkan oleh Nabi Muhammad Saw di dalam hadis : “Jauhilah
dan takutlah kamu berbuat zalim, sebab sesungguhnya kezaliman itu merupakan
kegelapan di hari kiamat.” (HR Bukhari dan Muslim)
Lebih
tegas lagi Nabi Muhammad saw menyatakan haramnya berbuat aniaya (berlaku zalim)
dan harus dijauhi, karena ini adalah perintah Allah Swt. dan tidak perlu
ditakwilkan dipikir lebih dalam lagi.
Allah berrman:
Barangsiapa
yang mengerjakan amal yang saleh Maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan
Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka (dosanya) untuk dirinya sendiri;
dan sekali-kali tidaklah Rabbmu Menganiaya hamba-hambaNya. (QS.Fushshilat [41] : 46)
Dari
ayat di atas dapat disimpulkan bahwa tidak mungkin Allah melakukan kezaliman atau aniaya kepada
hamba-Nya. Allah adalah Maha Adil dan Maha Bijaksana. Karena itu keadilan Allah itu harus diikuti oleh manusia dengan
berlaku adil terhadap yang lain. Janganlah sekali-kali manusia itu berlaku
zalim atau aniaya kepada yang lain. Karena itu sangat dibenci oleh Allah Swt.
b.
Contoh Perilaku Aniaya
Perilaku
aniaya walaupun dilarang, tetapi masih saja kita melihat di tengah masyarakat
adanya perilaku aniaya itu. Ini terjadi karena fondasi keimanan seseorang tidak
dibina dan dijaga dengan baik. Di samping itu, perilaku aniaya bisa muncul
karena ketidakmampuan diri menjauh dari godaan setan.
Perilaku
aniaya dapat dicontohkan sebagai berikut:
1.
Aniaya (zalim) terhadap diri sendiri. Zalim terhadap sendiri misalnya; sering
melakukan perbuatan dosa, berzina, meminum-minuman keras, malas belajar,
meninggalkan solat, dan sebagainya.
2.
Aniaya (zalim) terhadap orang lain. Zalim terhadap orang lain misalnya; merusak
lingkungan, mengganggu ketenangan orang lain, mengambil harta secara batil
(merampok, mencuri, menipu) dan sebagainya.
3.
Aniaya (zalim) terhadap Allah Swt. Zalim terhadap Allah Swt. misalnya; kufur,
syirik (menyekutukan Allah), ingkar dan
sebagainya.
c.
Akibat Negatif Perbuatan Aniaya.
Aniaya
akan mendatangkan akibat buruk bagi kehidupan, baik pribadi maupun masyarakat.
Karena itu, aniaya adalah perbuatan yang harus kita hindari.
-
Merusak persatuan dan persaudaraan.
-
Merusak tatanan hidup di masyarakat.
-
Menghilangkan akhlak atau sifat yang baik.
-
Merugikan orang lain.
-
Menghilangkan pahala amal perbuatan.
d.
Hikmah Menghindari Aniaya
Melihat
akibat negatif yang begitu besar dari perilaku aniaya, maka perilaku tersebut
harus dihindari dengan sekuat-kuatnya. Islam mengajarkan agar pengikitnya
melakukan perilaku terpuji. Kuncinya adalah keteguhan kita untuk berpegang
kepada ajaran Islam. Sebab dengan menghindari aniaya maka akan memberikan
hikmah yang besar antara lain:
1.
Terwujudnya persatuan dan persaudaraan.
2.
Terciptanya tatanan hidup yang baik di masyarakat.
3.
Akan mendatangkan akhlak atau sifat yang baik.
4.
Terciptanya kasih sayang antarsesama.
5.
Akan mendapatkan pahala amal perbuatan.
6.
Orang yang menghindari aniaya akan masuk ke dalam surga.
4. Diskriminasi
-
Pengertian
Diskriminasi
berarti pembedaan perlakuan terhadap sesama berdasarkan warna kulit, golongan,
suku, ekonomi, status sosial dan lain-lain. Seseorang yang melakukan perbuatan diskriminasi
berarti memiliki sikap diskriminatif. Kita sering mendengar sikap diskriminatif
yang diterapkan dalam beberapa negara yang umumnya mengarah pada politik rasis,
yaitu perlakuan yang tidak manusiawi terhadap warga berkulit warna.
Perlakuan
semacam ini tentu telah banyak makan korban bahkan mengarah pada perlakuan yang
tidak manusiawi secar sik. Diskriminasi
termasuk perilaku atau akhlak tercela sebab sikap ini tidak sejalan dengan
ajaran agama Islam yang mengutamakan prinsip:
1.
Persamaan (as-sawa’),
2.
Persaudaraan (ukhuwwah) dan
3.
Tolong menolong (ta’awun)
-
Bentuk dan Contoh Perilaku Diskriminasi
Perilaku
diskriminasi dapat dilihat dari praktik kehidupan bermasyarakat. Misalnya;
masih ada orang yang menganggap bahwa kemiskinan sebagai sebuah kehinaan,
keburukan rupa sebagai sebuah malapetaka. Selain itu, masih ada orang yang
melihat bahwa kedudukan atau pangkat yang baik adalah strata yang paling mulia
di masyarakat, karena itu tidak jarang ada orang yang gila dengan jabatan.
Masih ada yang memandang bahwa kelompoknyalah yang paling hebat, sementara
kelompok lain itu rendah. Contoh sikap diskriminatif yang lain mungkin bisa
dilihat dalam kehidupan kita sehari-hari.
-
Bahaya Diskriminasi
Dalam
kehidupan sehari-hari sifat diskriminatif dapat merugikan orang lain. Islam
mengajarkan bahwa semua manusia mempunyai kedudukan yang sama. Islam tidak
membedakan manusia atas dasar suku, bangsa, asal keturunan, pangkat, jabatan
dan sebagainya. Karena itu, manusia tidak boleh membeda-bedakan orang lain
dalam pergaulan sehari-hari. Sikap diskriminatif sangat dilarang oleh Allah. Sebab perbedaan sosial, suku, golongan
dan sebagainya merupakan karunia Allah Swt. dan kita tidak boleh memperlakukan
perbedaan dengan bersikap diskriminatif, karena akan berakibat negatif kepada
manusia baik secara pribadi, keluarga dan masyarakat seperti berikut ini:
-
Munculnya ketidakadilan di masyarakat.
-
Mudah berlaku sombong.
-
Merasa lebih baik dari yang lain.
-
Diskriminatif akan membawa pelakunya masuk ke dalam neraka.
-
Menghindari Diskriminasi
Ditinjau
dari segi apapun sikap diskrimintaif ini tentu tidak bisa dibenarkan. Terlebih
lagi ditinjau dari kacamata Islam. Islam merupakan agama yang universal dan
menjadi rahmat bagi seluruh manusia tanpa membedakan jenis kulit, suku, marga,
golongan dan lain sebagainya. Bahkan Islam menegaskan antar laki-laki dan
perempuan di hadapan Allah sama. Yang menentukan kemulian seseorang bukan jenis
kelaminnya, suku, bangsa dan status sosialnya tetapi adalah takwanya yang
tercermin dalam perilaku kesehariannya Ketika Islam datang praktik perbudakan
sedikit-demi sedikit dihilangkan. Semua memiliki derajat yang sama. Suatu
bagaimana posisi Bilal bin Rabah di sisi Rasululla, ia adalah sahabat dekat
Rasul. Pada kalau dilihat dari asal-usulnya ia adalah bekas budak yang berkulit
hitam legam. Tetapi kehadiran Bilal bin Rabah sangat berarti dalam pelaksanaan
dakwah Islam. Suaranya yang merdu setiap waktu melantunkan adzan menyeru
kaum muslimin untuk melaksanakan shalat. Bahkan Nabi Muhammad sendiri sebagai
keturunan Arab menegaskan bahwa tidak ada kemulian bagi bangsa Arab atas non
arab. Jelas penerapan sikap diskrimatif tidak bisa dibenarakan dalam semua tingkatan.
Dalam suatu keluarga seorang ayah atau ibu tidak boleh bertsikap diskriminatif
terhadap anak-anaknya. Di sekolah seorang guru tidak dibenarkan bersikap
diskrimatif terhadap muridnya. Di kelas seorang siswa tidak bersikap
diskriminatif terhadap temantemannya. Demikian pula di tingkatan yang lebih
luas, misalnya dalam sebuah organisasi, pemerintahan dan lain sebagainya,
praktik diskriminatif harus dihindari. Melihat akibat negatif yang ditimbulkan
sikap diskriminatif tersebut, maka kita harus menghindari tercela tersebut.
Dengan menghindari dan berusaha sekuat
tenaga meninggalkan sikap tersebut, maka akan membawa hikmah yang sangat
besar seperti:
1.
Terciptanya keadilan di masyarakat.
2.
Orang tidak Mudah berlaku sombong.
3.
Menganggap bahwa orang lain adalah sama dan saudara.
4.
Orang yang menghindari sikap diskriminatif akan membawanya masuk ke dalam
surga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar